Tuesday, November 29, 2016

PARTIKEL MI, DI, DAN, DAN MIDAN SEBAGAI POLITIK DAGANG MASYARAKAT BUTON DI PASAR ANDUONOHU KOTA KENDARI: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK


PARTIKEL MI, DI, DAN, DAN MIDAN SEBAGAI POLITIK DAGANG MASYARAKAT BUTON DI PASAR ANDUONOHU KOTA KENDARI:
KAJIAN SOSIOLINGUISTIK

OLEH
SAMSUDDIN, S.Pd., M.Hum.

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas 19 November Kolaka

Abstrak
Bahasa pada hakikatnya adalah alat komunikasi, selalu menunjukkan fungsi sosial bahasa, merupakan identitas penutur, baik secara individual maupun secara kelompok. Seseorang boleh saja menyebut dirinya orang Buton, orang Bugis, orang Muna, orang Tolaki atau orang Jawa, tetapi kalau tidak bisa berbahasa Buton, berbahasa Bugis, berbahasa Muna, berhabasa Tolaki atau berbahasa Jawa maka pengakuan itu belum kuat. Orang Bugis dan Buton dipasar Anduonohu dan Mal Mandonga lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia dialek daerah daripada menggunakan bahasa Indonesia standat. Kalau ada orang menegur atau bertanya mengapa dia berbuat seperti itu, jawabannya kurang lebih adalah karena saya orang Bugis dan Buton.
Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif, dilakukan di Pasar Anduonohu Kota Kendari. Sumber datanya adalah penjual dan pembeli. Populasi penelitian adalah keseluruhan penjual dan pembeli. Sampel diambil sebanyak 75 orang yang ditetapkan secara purposive. Metode dan teknik mengumpulkan data penelitian adalah teknik rekam, simak, dan catat. Prosedur analisis data mengikuti langkah-langkah; (1) transkripsi data hasil rekaman, simakan, dan catatan, (2) pengelompokan data hasil rekaman, simakan, dan catatan, (3) penafsiran variasi bahasa, dan faktor-faktor yang memengaruhi penggunaan bahasa, (4) penyimpulan.
Bahasa Indonesia dialek Buton merupakan salah satu bahasa yang ditemukan dalam aktivitas jual beli di Pasar Anduonohu Kota Kendari. Bahasa Indonesia dialek ini erat kaitannya dengan kelompok sosial bersuku Buton. Kelompok sosial ini  dalam aktivitas jual beli ditandai oleh penggunaan bahasa Indonesia dialek Buton. Bahasa Indinesia dialek ini ditandai oleh penggunaan partikel-pertikel tertentu, seperti mi, di, dan, dan midan yang melekat pada kata-kata berbahasa Indonesia.
Partikel mi, di, dan, dan midan yang melekat pada kata-kata berbahasa Indonesia digunakan oleh masyarakat bersuku Buton dalam melaksanakan aktivitas jual beli. Penggunaan partikel mi, di, dan, midan yang melekat pada kata-kata berbahasa Indonesia dalam aktivitas jual beli dilakukan secara bergantian, digunakan oleh semua usia, semua kelas sosial, semua kelompok sosial, digunakan pada semua situasi dan latar terjadinya komunikasi.
Partikel mi, di, dan, dan midan merupakan ciri bahasa Indonesia dialek Buton. Partikel  mi merupakan identitas yang tidak bisa dilepaskan dengan masyarakat Buton. Pada saat berkomunikasi dan berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari, partikel mi menjadi ciri yang menunjukkan penutur atau lawan tutur bersuku Buton.
Partikel mi, di, dan, dan midan tidak hanya digunakan untuk berkomunikasi, menyampaikan ide, gagasan, pikiran dan perasaan dengan sesama masyarakat Buton. Partikel mi, di, dan, dan midan digunakan juga pada waktu berkomunikasi, menyampaikan ide, gagasan, pikiran dan perasaan dengan masyarakat di luar suku Buton. Saat terjadi kontak komunikasi, tidak ada pesan yang tidak bisa dipahami oleh penutur dan lawan tutur meskipun berasal dari suku yang berbeda. Komunikasi cair berinteraksi, menyampaikan ide, gagasan, pikiran dan perasaan.



A.    Pendahuluan
Bahasa merupakan tingkah laku sosial (social behavior) yang dipakai dalam komunikasi. Masyarakat terdiri atas individu-individu, masyarakat, secara keseluruhan dan individu-individu saling mempengaruhi. Bahasa menjadi milik masyarakat tersimpan dalam diri individu masing-masing. Tetapi, individu itu tetap terikat pada aturan permainan yang berlaku bagi semua anggota masyarakat (Sumarsono, 2007:19).
Bahasa pada hakikatnya adalah alat komunikasi, selalu menunjukkan fungsi sosial bahasa, merupakan identitas penutur, baik secara individual maupun secara kelompok. Seseorang boleh saja menyebut dirinya orang Buton, orang Bugis, orang Muna, orang Tolaki atau orang Jawa, tetapi kalau tidak bisa berbahasa Buton, berbahasa Bugis, berbahasa Muna, berhabasa Tolaki atau berbahasa Jawa maka pengakuan itu belum kuat. Orang Bugis dan Buton dipasar Anduonohu dan Mal Mandonga lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia dialek daerah daripada menggunakan bahasa Indonesia standat. Kalau ada orang menegur atau bertanya mengapa dia berbuat seperti itu, jawabannya kurang lebih adalah karena saya orang Bugis dan Buton.
Bahasa dianggap sebagai produk sosial atau produk budaya, bahkan merupakan bagian tak terpisahkan dari kebudayaan itu. Sebagai produk sosial atau budaya tentu bahasa merupakan wadah aspirasi sosial, kegiatan dan perilaku masyarakat, wadah penyingkapan budaya termasuk teknologi yang diciptakan oleh masyarakat pemakai bahasa itu. Bahasa bisa dianggap sebagai cermin zamannya. Artinya, bahasa itu dalam suatu masa tertentu mewadahi apa yang terjadi dalam masyarakat.
Pasar merupakan tempat yang disepakati secara bersama oleh masyarakat untuk melakukan transaksi jual beli antara penjual dan pembeli yang dilakukan secara sadar. Penjual dan pembeli menjadi sebuah komunitas sosial yang memiliki gejala sosial menarik. Gejala sosial yang itu terlihat pada penggunaan bahasa untuk mendukung aktivitas jual beli. Para penjual dan pembeli berkomunikasi dengan menggunakan bahasa sesuai dengan konteks dan situasi sosial yang ada. Perilaku yang terjadi di antara mereka adalah saling menguntungkan. Pembeli merasa senang karena memperoleh barang yang sangat dibutuhkan, sedangkan penjual merasa senang karena barangnya laku dan bisa memperoleh keuntungan.
Penggunaan bahasa dalam aktivitas jual beli tidak pernah lepas dari situasi sosial yang ada di sekitarnya. Penjual dan pembeli tidak selalu berasal dari lingkungan dengan suasana kebahasaan yang sama. Para penjual dan pembeli berasal dari berbagai etnik, latar belakang, dan kelas sosial yang berbeda. Penggunaan bahasa juga bervariasi. Perbedaan ini menimbulkan usaha menemukan kesepakatan pemahaman terhadap pemakaian bahasa yang dipilah dan diciptakan sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi dalam hubungan interaksi antara penjual dan pembeli.

B.     Metode dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif, dilakukan di Pasar Anduonohu Kota Kendari. Sumber datanya adalah penjual dan pembeli. Populasi penelitian adalah keseluruhan penjual dan pembeli. Sampel diambil sebanyak 75 orang yang ditetapkan secara purposive. Metode dan teknik mengumpulkan data penelitian adalah teknik rekam, simak, dan catat. Prosedur analisis data mengikuti langkah-langkah; (1) transkripsi data hasil rekaman, simakan, dan catatan, (2) pengelompokan data hasil rekaman, simakan, dan catatan, (3) penafsiran variasi bahasa, dan faktor-faktor yang memengaruhi penggunaan bahasa, (4) penyimpulan.

C.    Pembahasan
Bahasa Indonesia dialek Buton merupakan salah satu bahasa yang ditemukan dalam aktivitas jual beli di Pasar Anduonohu Kota Kendari. Bahasa Indonesia dialek ini erat kaitannya dengan kelompok sosial bersuku Buton. Kelompok sosial ini  dalam aktivitas jual beli ditandai oleh penggunaan bahasa Indonesia dialek Buton. Bahasa Indinesia dialek ini ditandai oleh penggunaan partikel-pertikel tertentu, seperti mi, di, dan, dan midan yang melekat pada kata-kata berbahasa Indonesia.
Partikel mi, di, dan, dan midan yang melekat pada kata-kata berbahasa Indonesia digunakan oleh masyarakat bersuku Buton dalam melaksanakan aktivitas jual beli. Penggunaan partikel mi, di, dan, midan yang melekat pada kata-kata berbahasa Indonesia dalam aktivitas jual beli dilakukan secara bergantian, digunakan oleh semua usia, semua kelas sosial, semua kelompok sosial, digunakan pada semua situasi dan latar terjadinya komunikasi.
Penggunaan partikel mi, di, dan, dan midan dalam aktivitas jual beli di Pasar Anduonohu Kota Kendari terdapat pada penggalan-penggalan percakapan penjual dan pembeli di bawah ini.

1.      Penjual Pakaian Jadi
...
A         :           Ini anak tidak percayami saya
B         :           Mina noafa kunae ina.
A         :           Makanya tadi sa suruh dia ikut
B         :           Namora wutono bahi ina nepaeasa maitu
A         :           Biar jugakunae. Inimi sa tidak suka
B         :           Ghondo kaita ina
A         :           Dari tadi juga sa bilang bagus
B         :           biarkunae ingka supaya dia senang juga
A         :           Iyo tapi lama
B         :           Daripada nanti di rumah marah-marah
A         :           Sa bayarmi
B         :           Cocokmi

2.      Penjual Sayur

A         :           Kalau seribu, kita tambami kacang
B         :           Satu keluargami ini yang mau makan.
A         :           Haadeela, bukan lagi satu keluarga. Banyakhae...
B         :           Cukupjikah itu.
A         :           Tanya itu mas

3.      Penjual Elektronik dan Kaset

B         :           Sudahmi sa caridan
A         :           Kapan?
B         :           Tadi
A         :           Sa liat sebelum ke sinidan
B         :           Trus
A         :           Janganmi duludan. Nanti tidak dipake
B         :           Kita kemana?
A         :           Ikut sajadan
B         :           Jelanmi...

4.      Penjual Pakaian Jadi
A         :           Datangdi bosmu
B         :           Lamami
A         :           Baru pulang belanja
B         :           Begitudi
A         :           Banyak sekali barangnya
B         :           Belum selesai itu diatur. Satu minggumi
A         :           Iyodi…
B         :           Siapa yang bantu
A         :           Biasa orang rumah
B         :           Banyakdi
A         :           Berapadi
B         :           Dua puluh
A         :           Kurangdi
B         :           Sedikit
A         :           sepuluh
B         :           Tujuh belas
A         :           Lima belasdi
B         :           Sini

5.      Penjual Sayur
A         :           Banyakdi sayurmu
B         :           Ada satu mobil datang
A         :           Berarti baru masuk di
B         :           Itu masih ada mobilnya
A         :           Pagi-pagi
B         :           kamu tidak tahudi
A         :           Ketiduran
B         :           Bisadi. cape
A         :           Kasimi saya sebagian
B         :           Tidak banyak sa ambil
A         :           Begitudi
B         :           Ada juga satu mobil baru masuk
A         :           Baku rebut orang
B         :           Dimanadi sopirnya

6.      Penjual Elektronik dan Kaset
A         :           Barudi masuk kasetmu?
B         :           Tidak banyak
A         :           Yang sana?
B         :           Adami juga lagu-lagu terbarunya Carliedi
A         :           Cuma lima
B         :           Jernih suaranyadi
A         :           Bagusto?
B         :           Seperti asli
A         :           Iyodi
B         :           Berapa dijualkan
A         :           Sepuluh
B         :           Sepuluhdi
A         :           Sa ambildi, semua
B         :           Serius
A         :           Banyak yang cari
B         :           Terus?
A         :           Saya jual

7.      Penjual Pakaian Jadi
A         :           Seperti bajukudan
B         :           Persis warnanya. Ukurannya juga, S
A         :           Mau beli?
B         :           Kenapa?
A         :           Sama
B         :           Sa sukadan
A         :           cari-cari juga yang lain
B         :           Inimidan, sa suka
A         :           Sukamu
B         :           Suka. Biarmidan sama
A         :           Asal suka
B         :           Yadan
A         :           Sa bayarkan…

8.      Penjual Sayur

A         :           Bawangdan
B         :           Tadi?
A         :           Kapan?
B         :           Di sana
A         :           Belumdan. Ini ada catatannya
B         :           Ambilmi dua liter
A         :           Banyak orang mau pake?
B         :           Satu pondokandan
A         :           Memang
B         :           Ada acara pondokandan nanti malam
A         :           Bisa gabung
B         :           datangmidan
A         :           Tidak adaji larangan
B         :           Ada juga temanku
A         :           Bebasdan

9.      Penjual Elektronik dan Kaset
A         :           Adamidan remot
B         :           cari-cari saja
A         :           Untuk
B         :           Dipake
A         :           Sama?
B         :           Di rumah
A         :           Adadan
B         :           Simpan dimana?
A         :           Di bawah TV
B         :           Sudahmi sa caridan
A         :           Kapan?
B         :           Tadi
A         :           Sa liat sebelum ke sinidan
B         :           Trus
A         :           Janganmi duludan. Nanti tidak dipake
B         :           Kita kemana?
A         :           Ikut sajadan
B         :           Jelanmi...


10.  Penjual Pakaian Jadi
A         :           Lakimidan itu baju
B         :           Tidak adakah temanya
A         :           Adaji tapi beda ukuran
B         :           Biarmidan sa liat.
A         :           Bagus juga
B         :           Berapakah ukurannya
A         :           Cocok?
B         :           Ambilmidan. Bagusmi, hanya panjang dikit
A         :           Biarmidan
B         :           Biarmi. Kan dia suka...

11.  Penjual Sayur
A         :           Ambilmidan sayurmu, panasmi
B         :           Sabar
A         :           Mau cari apalagikah?
B         :           Terung
A         :           Banyakmidan. Supaya tidak turun terus
B         :           Sa suka
A         :           Saya
B         :           Sayamidan. Biar juga tiap hari
A         :           Sewa
B         :           Cuma itu
A         :           Ada uangmu
B         :           Biarmidan kalau hanya mau beli sayur
A         :           Cocokmi kalau begitu
B         :           Pulang
A         :           Carimidan. Terlanjurmi jalan
B         :           Angkat tas

12.  Penjual Elektronik dan Kaset
A         :           Adamidan remot
B         :           cari-cari saja
A         :           Untuk
B         :           Dipake
A         :           Sama?
B         :           Di rumah
A         :           Adadan
B         :           Simpan dimana?
A         :           Di bawah TV
B         :           Sudahmi sa caridan
A         :           Kapan?
B         :           Tadi
A         :           Sa liat sebelum ke sinidan
B         :           Trus

 
Partikel mi, di, dan, dan midan merupakan ciri bahasa Indonesia dialek Buton. Partikel  mi merupakan identitas yang tidak bisa dilepaskan dengan masyarakat Buton. Pada saat berkomunikasi dan berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari, partikel mi menjadi ciri yang menunjukkan penutur atau lawan tutur bersuku Buton.
Partikel mi, di, dan, dan midan tidak hanya digunakan untuk berkomunikasi, menyampaikan ide, gagasan, pikiran dan perasaan dengan sesama masyarakat Buton. Partikel mi, di, dan, dan midan digunakan juga pada waktu berkomunikasi, menyampaikan ide, gagasan, pikiran dan perasaan dengan masyarakat di luar suku Buton. Saat terjadi kontak komunikasi, tidak ada pesan yang tidak bisa dipahami oleh penutur dan lawan tutur meskipun berasal dari suku yang berbeda. Komunikasi cair berinteraksi, menyampaikan ide, gagasan, pikiran dan perasaan.
Penggunaan bahasa Indonesia dialek Buton juga terjadi dalam situasi jual beli. Penggunaan bahasa Indonesia dialek Buton dalam Aktivitas jual beli menjadi fenomena yang unik. Keunikan itu terletak pada kehadiran partikel mi, di, dan, dan midan dalam aktivitas jual beli. Setiap melaksanakan transaksi mi, di, dan, dan midan tidak pernah bisa dilepaskan. Keunikan lain penggunaan partikel mi, di, dan, dan midan adalah bahwa penjual atau pembeli dari daerah lain tahu bahwa penutur atau lawan tutur bersuku Buton. Pengetahuan ini sangat membantu penjual dan pembeli dalam melaksanakan aktivitas jual beli.
Partikel mi, di, dan, dan midan dalam aktivitas jual beli memiliki fungsi personal dan fungsi sosial. Fungsi personal menunjukkan bahwa penjual dan pembeli bersuku Buton. Fungsi ini melekat secara personal dan menjadi identitas masyarakat Buton. Fungsi sosial merupakan partikel mi, di, dan, dan midan dalam hubungannya dengan aktivitas sosial dan budaya masyarakat Buton. Fungsi sosial ini menjadi kesepakatan tidak tertulis yang sangat kuat dan berperan penting dalam masyarakat Buton. Kesepakatan ini sangat membantu masyarakat Buton dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dalam masyarakat.
Penggunaan partikel mi, di, dan, dan midan tidak dibatasi oleh ruang tertentu. Di manapun mereka berada, penggunaan partikel mi, di, dan, dan midan akan selalu ada. Penggunaan partikel mi, di, dan, dan midan ditemui pada semua penjual dan pembeli baik pada penjual pakaian jadi, penjual sayur, penjual elektronik, penjual makanan jadi, penjual aksesoris, penjual tas dan sepatu, serta penjual buah-buahan.
Penggunaan partikel mi, di, dan, dan midan dalam aktivitas jual beli tidak dibatasi oleh waktu. Penggunaan partikel mi, di, dan, dan midan dalam aktivitas jual beli terjadi pada pagi hari, siang, sore dan malam hari. Keadaan tersebut ditemui pada semua aktivitas perbelanjaan. Tidak ada batas waktu tertentu yang terjadi di antara penjual dan pembeli bahwa pada tempat tertentu seorang penjual atau pembeli tidak boleh menggunakan partikel mi, di, dan, dan midan. Keadaan tersebut terjadi secara alamiah. Mengikuti kehendak dan keinginan pelaku pasar.
Penggunaan partikel mi, di, dan, dan midan dalam aktivitas jual beli ditemui pada semua usia. Penggunaan partikel mi, di, dan, dan midan ditemui pada semua usia, baik penjual anak-anak, remaja, dewasa maupun orang tua. Demikian juga pembeli. Tidak ada kesepakatab bahwa kalau penjualnya anak-anak dan pembelinya dan pembelinya anak-anak tidak boleh menggunakan partikel mi, di, dan, dan midan. Atau, jika penjualnya orang tua dan pembelinya orang tua tidak boleh menggunakan partikel mi, di, dan, dan midan. Penggunaan partikel mi, di, dan, dan midan ditemui pada usia remaja, dewasa dan orang tua dalam melakukan tawar menawar.
Penggunaan partikel mi, di, dan, dan midan dalam aktivitas jual beli tidak membedakan strata dan kelas sosial penjual dan pembeli. Penggunaan partikel mi, di, dan, dan midan tidak menunjukkan kelas sosial rendah, menengah dan menengah ke atas. Penggunaan partikel mi, di, dan, dan midan juga tidak menunjukkan tingkat pendidikan penjual dan pembeli. Penjual dan pembeli berpendidikan rendah, menengah dan pendidikan tinggi semua menggunakan partikel mi, di, dan, dan midan. Tidak ada aturan bahwa jika penjualnya berpendidikan rendah dan pembeli berpendidikan menengah tidak boleh menggunakan partikel mi, di, dan, dan midan dalam transaksi jual beli. Atau, jika penjualnya berpendidikan tinggi dan pembelinya berpendidikan menengah tidak boleh menggunakan partikel mi, di, dan, dan midan. Penjual dan pembeli dalam aktivitas jual beli bebas menentukan bahasanya sendiri. Efek yang paling utama diharapkan adalah komunikatif dan kebutuhan masing-masing dapat terpenuhi.
Penggunaan partikel mi, di, dan, dan midan dalam aktivitas jual beli lebur. Dalam proses peleburan ini, partikel mi, di, dan, dan midan tidak lagi hanya digunakan oleh masyarakat Buton. Akan terapi bisa digunakan oleh semua pelaku aktivitas jual beli. Masyarakat bersuku Muna, Bugis, Tolaki dan Jawa juga dapat menggunakan partikel mi, di, dan, dan midan. Meskipun ada ciri yang dapat menunjukkan bahwa pengguna partikel mi, di, dan, dan midan merupakan masyarakat bersuku Buton atau masyarakat di luar suku Buton. Penanda-penanda tersebut adalah sebagai berikut. 1) sistem pengucapan; 2) tekanan dan intonasi; 3) perbedaan warna kulit dan bentuk wajah; 4) sikap dan tingkat percaya diri.
Masyarakat Buton pada umumnya dapat mengucapkan kata-kata yang mengandung fonem /p, f/. Masyarakat Buton tidak mengalami kesulitan mengucapkan bunyi-bunyi tersebut. Sistem pengucapan menjadi ciri pembeda yang kuat untuk menentukan apakah penjual dan pembeli yang melakukan aktivitas jual beli bersuku Buton atau bersuku di luar Buton. Pengetahuan semacam ini diketahui secara alamiah oleh penjual atau pembeli dalam aktivitas jual beli di Pasar Anduonohu Kota Kendari.
Tekanan dan intonasi sangat berbeda antara masyarakat bersuku Buton dengan masyarakat yang tidak bersuku Buton. Tekanan dan intonasi secara intuisi akan memberikan petunjuk untuk membedakan penjual dan pembeli masyarakat bersuku Buton atau masyarakat di luar suku Buton. Pengetahuan seperti ini diketahui dan dimiliki oleh penjual dan pembeli secara alamiah.
Perbedaan warna kulit dan bentuk wajah pada dasarnya tidak terlalu kuat. Tetapi bagi penjual dan pembeli tertentu dapat membedakan apakah penjual dan pembeli bersuku Buton atau bersuku di luar Buton. Meskipun ciri ini tidak terlalu kuat untuk dijadikan pembeda dalam aktivitas jual beli di Pasar Anduonohu Kota Kendari, tetapi ciri ini bisa menjadi kuat bila didukung oleh unsur pertama dan unsur kedua.
Masyarakat di luar suku Buton memiliki tingkat percaya diri yang berbeda dengan masyarakat Buton dalam menggunakan partikel mi, di, dan, dan midan dalam aktivitas jual beli di Pasar Anduonohu Kota Kendari. Masyarakat bersuku Buton akan memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam menggunakan partikel mi, di, dan, dan midan dibandingkan dengan masyarakat di luar masyarakat Buton.
Penjual dan pembeli di luar masyarakat Buton menggunakan partikel mi, di, dan, dan midan dalam aktivitas jual beli memiliki tujuan-tujuan tertentu. Penggunaan partikel mi, di, dan, dan midan sebagai sebuah strategi atau politik dagang. Masyarakat menggunakan partikel mi, di, dan, dan midan dalam aktivitas jual beli sebagai alat untuk untuk menarik minat pembeli.

A.    Penutup
Penggunaan bahasa dalam aktivitas jual beli tidak pernah lepas dari situasi sosial yang ada di sekitarnya. Penjual dan pembeli tidak selalu berasal dari lingkungan dengan suasana kebahasaan yang sama. Para penjual dan pembeli berasal dari berbagai etnik, latar belakang, dan kelas sosial yang berbeda. Penggunaan bahasa juga bervariasi. Perbedaan ini menimbulkan usaha menemukan kesepakatan pemahaman terhadap pemakaian bahasa yang dipilah dan diciptakan sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi dalam hubungan interaksi antara penjual dan pembeli.
Bahasa Indonesia dialek Buton merupakan salah satu bahasa yang ditemukan dalam aktivitas jual beli di Pasar Anduonohu Kota Kendari. Bahasa Indonesia dialek ini erat kaitannya dengan kelompok sosial bersuku Buton. Kelompok sosial ini  dalam aktivitas jual beli ditandai oleh penggunaan bahasa Indonesia dialek Buton. Bahasa Indinesia dialek ini ditandai oleh penggunaan partikel-pertikel tertentu, seperti mi, di, dan, dan midan yang melekat pada kata-kata berbahasa Indonesia.
Partikel mi, di, dan, dan midan yang melekat pada kata-kata berbahasa Indonesia digunakan oleh masyarakat bersuku Buton dalam melaksanakan aktivitas jual beli. Penggunaan partikel mi, di, dan, midan yang melekat pada kata-kata berbahasa Indonesia dalam aktivitas jual beli dilakukan secara bergantian, digunakan oleh semua usia, semua kelas sosial, semua kelompok sosial, digunakan pada semua situasi dan latar terjadinya komunikasi.

Daftar Pustaka
Appel, R. 1876. Sosiolinguistik. Het Spectum, Utrech/ Antwerpen.

Asri. 2009. Penggunaan Bahasa Indonesia Ragam Gaul di Kalangan Pelajar di Kabupaten Kolaka. Tesis: universitas Hasanuddin.

Badudu, J.S. 1994. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar II. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 1995. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Gunarwan, Asim. 2001. Pengantar Penelitian Sosiolinguistik. Jakarta: Proyek Penelitian Kebahasaan dan Kesastraan Departemen Pendidikan Nasional.

Hudson, Ribhard A. 1996. Sociolinguistic. Combridge: Combridge Universuty Press.

Djojosuroto, Kinanti dan M.L.A. Sumaryati. 2004. Prinsip-Prinsip Dasar dalam Penelitian Bahasa dan Sastra. Bandung : Yayasan Nuansa Cendekia.

Lembaga Bahasa Nasional. 1975. Politik Bahasa Nasional: Laporan Seminar di Jakarta 25-28 Februari 1975. Jakarta.

Madjid, Syahriah. 2002. Penggunaan Bahasa Indonesia pada Radio Komunikasi: Studi Kasus di Bandung dan Semarang. Tesis: universitas Hasanuddin.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa : Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta : Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa : Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa : Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. PT. Raja Grafindo Persada.

Muhadjir, Noeng. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi ketiga. Yogyakarta: Rakesarasin.

Mappau, Ramlah. 2009. Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Editorial Media Indonesia: Analisis Wacana Kritis. Tesis: universitas Hasanuddin.

Pateda, Mansoer. 1987. Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa.

Rahardi, Kunjana. 2001. Kajian Sosiolinguistik: Ihwal Kode dan Alih Kode. Bogor: Ghalia Indonesia.

Rahardi, Kunjana. 2006. Bahasa Kaya Bahasa Berwibawa: Bahasa Indonesia dalam Dinamika Konteks Ekstrabahasa. Yogyakarta: Andi.
Rampung, Bone. 2005. Fatamorgana Bahasa Indonesia 2. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama.

Santoso, Riyadi. 2003. Semiotika Sosial: Pandangan Terhadap Bahasa. Pustaka Eureka dan JP Press Surabaya: Surabaya.

Sujanto, dkk. 1979. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia di Jawa timur. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sumarsono. 2007. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda.

Suwito. 1982. Sosiolinguistik: Teori dan Problem. Surakarta: Henary Offset.

Utami, Sintowati Rini. 1999. Bahasa Indonesia untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.

Winarti, Sri dkk. 1997. Pemakaian Bahasa Indonesia dalam Buku Pelajaran Wajib Nonbahasa Indonesia pada Tingkat Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

No comments :

Post a Comment