PEREMPUAN DALAM KERETA
Suara cermin dibanting dan diinjak-injak dengan sepatu.
Dalam keremangan atau silbeut, seorang perempuan bergerak, merintih, menari
dalam kotak yang terbuat dari koran-koran kuning. Lalu memberontak dan merobek
semuanya. Dua peremnpuan (bisa juga diperankan oleh lelaki) sedang terpekur
dalam dalam dua kerangkeng (semacam jeruji yang bisa dipakai sebagai properti).
Gelisah kemudian saling menyapa.
PEREMPUAN 1 : Apakah engkau seorang serdadu?
(Tidak ada jawaban). Apakah engkau seorang serdadu?
PEREMPUAN 2 : Serdadu... apakah menurutmu aku
seorang lelaki?
PEREMPUAN 1 : Tidak. Emangnya hanya lelaki yang
bisa menjadi serdadu, menjadi jenderal, dan presiden?
PEREMPUAN 2 : Kalau begitu, dugaanku tepat,
engkau pasti seorang perempuan.
PEREMPUAN 1 : Jangan terlalu cepat percaya
kepada prasangka, pada pendapat atau kata-kata. Lelaki atau perempuan tidak ada
bedanya dalam berpendapat, dalam berkata atau berpikir. Bahkan juga memiliki
kesempatan yang sama untuk berperan atau bermain-main dalam.....
PEREMPUAN 2 : Ohhh... dugaanku memang tepat ada
seorang tahanan politik bukan?
PEREMPUAN 1 : kamu pikir, politik hanya berguna
untuk menahan orang, memenjarakan manusia. He....
PEREMPUAN 2 : Lalu, kenapa engkau terkurung di
sini dan bertanya-tanya tentang sesuatu di luar dirimu?
PEREMPUAN 1 : Karena aku bernama manusia bukan
hewan atau tum,buh-tumbuhan.
PEREMPUAN 2 : Apakah semua makhluk yang bernama
manusia harus terkurung dalam jeruji dan pagar-pagar seperti ini?
PEREMPUAN 1 : Oh.. tidak semua. Karena tidak
semua manusia mengalami nasib yang sama. Bahkan apa yang sedang kami alami di
sini, sebagaimana yang juga dialami oleh teman-teman kita, sahabat-sahabat kita
atau saudara-saudara kita yang lumpuh atau dilumpuhkan, hampir semuanya
ditentukan oleh manusia.
PEREMPUAN 2 : Oleh manusia atau oleh kekuasaan.
PEREMPUAN 1 : Oleh kedua-duanya... dan itulah
yang disebut akal pikiran.
PEREMPUAN 2 : Ya... bisa. Karena hanya akal dan
pikiran manusia yang minta disembah setelah Tuhan, yang minta dihormati setelah
pangeran, yang minta ditaati perintahnya setelah raja dan manusia juga yang
selalu yang merasa duduk di samping singgasana para dewa, menafsirkan titahnya,
mengurus hartanya, membagikan rezekinya, menciptakan penjara bagi lawan jenis
dan orang-orang yang menentangnya. Namun, seperti yang tertulis dalam sejarah
hanya lelaki yang pernah berkata bahwa dirinya adalah Tuhan.
PEREMPUAN 1 : Kalau begitu, semua jeruji dan
penjara-penjara bagi perempuan dibangun dan diciptakan oleh kaum lelaki.
PEREMPUAN 2 : Tidak, tidak semua. Tetapi jelas
oleh seorang penguasa karena hanya seorang penguassa yang memiliki kekuatan
untuk membangun istana dan penjara, surga, dan neraka.
PEREMPUAN 1 : dan kekuasaan telah berada di
tangan lelaki, lelaki jugalah yang selalu melebihkan diri sebelum panggung
sejarah terbentuk, sebelum keserakahan dan ketamakan menciptakan pasar-pasr
budak dimana orang-orang tak bernama dijual seperti buah apel, sapi, atau
kerbau.
PEREMPUAN 2 : tetapi bukankah Adam dan Hawa
diturunkan ke bumi secara bersamaan?
PEREMPUAN 1 : Ya betul, karena Tuhan hanya
menciptakan satu makhluk terbuat dari tanah, yang diberi roh dalam darahnya,
diberi otak dalam kepalanya, diberi nurani dalam hatinya, dan diberi nama
sebagai manusia. Bukan lelaki atau perempuan, bukan banci atau wadam.... lalu,
kenapa engkau berada di sisni dan terkurung seperti ini?
PEREMPUAN 2 : Adam dan Hawa memiloiki hak dan
kebebasan yangh sama untuk mengurung diri atau terbang mengelilingi angkasa
untuki menjelajahi atau mengelola bumi seisinya.
PEREMPUAN 1 : Ya, ya… aku mengerti. Tetapi… apa
yang terjadi, kaum Hawa tidak diberi kesempatan untuk memilih dan memiliki
kebebasan. Dan karena itu mereka lebih sering dikurung dari pada mengurung
dir4i , lebih sering ditindas daripada menindas… apalagi dalam dunia politik,
kaum perempuan hanya dianggap sebagai mesin pengumpul suara, tetapi suara
mereka tidak pernah dikumpulkan…. Kaum perempuan dimuliakan dalam retorika,
dalam khutbah dan pidato, disebut sebagai ibu pertiwi, tiang negara, pendidik
utama dalam keluarga, pintu menuju surga dan sebagainya, tetapi disingkirkan
dalam kehidupan sehari-hari, dilecehkan dan diperkosa dalam kehidupan nyata.
Dan semua itu, telah terbukti dalam sejarah, dan tradisi, dan adat istiadat
kaum lelaki.... dengan cara yang tqak pernash berubah, melalui kekerasan,
keserakahan,
dan kekuasaan.
Dua petugas
berseragam lewat. Memeriksa, berkata-kata dengan suara yang keras dan tidak
jelas. Kemudian pergi dengan omelan yang juga tidak jelas.
PEREMPUAN 1 : Dunia memang aneh.
PEREMPUAN 2 : Mereka berdua juga memang aneh.
PEREMPUAN 1 : Bukan hanya mereka berdua, tetapi
orang-orang yang berada di sekitarnya. Orang-orang yang lebih kuasa dari mereka
PEREMPUAN 2 : Gila
PEREMPUAN 1 : Siapa yang gila?
PEREMPUAN 2 : Ya, semua orang yang berkuasa.
PEREMPUAN 1 : Kegilaan memang sering bersahabat
dengan kekuasaan. Apakah engkau pernah mendengar orang yang bertkuasa tetapi
tidak gila? Oleh sebab itu, kita harus keluar dari tempat ini.
PEREMPUAN 2 : Bagaimana mungkin?
PEREMPUAN 1 : Tidak ada satupun di dunia ini yang
tidak mungkin.
PEREMPUAN 2 : Lalu?
PEREMPUAN 1 : Ya... keluar.
PEREMPUAN 2 : Keluar dari dunia?
PEREMPUAN 1 : Dunia yang mana? Hanya kematian
yang sanggup mengeluarkan kita dari dunia. Kita harus keluar dari sejarah dan
kekuasaan para perampok, menuju dunia yang sesungguhnya, dunia manusia.......
PEREMPUAN 1 : Caranya?
PEREMPUAN 2 : Ya memberontak
PEREMPUAN 1 : Memberontak siapa dan bagaimana?
PEREMPUAN 2 : Memberontak diri sendiri.
Memberont6ak semua orang, atau binatang yang ingin menguasai. Kita harus berani
berkata Ya atau Tidak, berani melawan dan menolak semua tindakan yang tidak
sesuai dengan akal pikir an. Kesadran dan kecerdasan adalah cara yang paling utama
dalam melawan kelicikan. Tutup matamu dan berjalan menuju tempat yang belum pernah
aku bayangkan.
Di sudut yang lain, muncul seorang
perempuan sedang membelah dan menghancurkan batu-batu dengan palu sambil
menjeritkian kata: seperti dalam dongeng, kerajaan telah menjadi batu.....
(braaak). Rumah-rumah penuh batu......(braak). Tanah lempung menjadi batu.
(braaak). Menjadi patung di rawa-rawa.... (braaak). Siapapun kamu, dari mana
asal usulmu, tidak ada bedanya....... semuanya menjadi satu, menjadi batu....
batu-batu menumpuk dalam istana. Lihatlah! Tujuh langit berderit membuka pintu.
Pohon-pohon menghitam karena ludah batu.... debu-debu menghitam karena
batu-batu..... aku perempuan yang tak ada dalam tubuhmu...............
Bersamaan dengan
itu, seorang laki-laki bermain gerak, meradang dan bergetar setiap kali batu
dipukul, sampai akhirnya rubuh dan berguling-guling, tak berdaya, mencabut
senapan dan menembakkannya ke udara. Sunyi lalu gelap.
Kemudian di
sudut yang lain lagi, muncul suami istri yang sedeang beretengkar. Melempar
panci dan wajan ke atas panggung.
ISTR I :
Perempuam mana yang sanggup menjadi boneka seumur hidup.
SUAMI : Kalau
sudah tidak sanggup menjadi boneka, ya tidak usah mengeluh, yang namanya
perempuan, dimana-mana ya begitu.
ISTRI :
Begitu bagaimana?
Suami :
Ya begitu, pikir saja serndiri.
ISTRI :
Memangnya kamu sudah tidak bisa mikir? Begini pikir sendiri, begitu pikir
sendiri, kaya filosof saja. Kalau tidak sdanggup berbicara dengan istri, ya
sana bicara dengan dirimu sendiri, dengan batu yang teronggok di kepalamu.
SUAMI :
Pikiranmu memang sudah tidak waras, sudah melenceng dari kodrat yang ditentukan.
ISTRI :
Kodrat yang mana? Ketentuan yang mana? Kodrat perempuan hanya melahirkan dan menyusui, lalu
apa kodrat seorang laki-laki?
SUAMI : Ya
manjadi suami goblok. Menjadi bapak dari anak-anak yang telah dilahirkan oleh
istrinya. Menjadi pemimpin dari keluarganya. Menjadi penguasa di rumahnya.
Menjadi.............
ISTRI : menjadi majikan yang tolol dan tak tahu diri, manjadi
manusia yang sok suci, menjadi manusia yan g harus dipecah kepalanya dengan
palu.
SUAMI : Lancang
kamu.
ISTRI :
Lancang apanya?
SUAMI : Ya
lidah itu.
ISTRI : Kalau
aku mau, bukan hanya lidah ini yang lancang, tap juga tangan dan kakiku, juga
pikiran dan hatiku, juga keputusan , dan keberanianku untuk menembak
gajah-gajah yang menempel di pelupuk matamu, untuk membuka tong sampah yang
berada dalam dadamu, untuk........ (Suami menutup telinga dan menghindar. Istri
memperhatikan terus dan terusa memperhatikan). Kenapa kau tutup telingamu?
SUAMI :
Telingaku terlalu lebar untuk dimasiki lebah-lebah.
ISTRI :
Kalau aku mau, bukan hanya lebah yang akan masuk ke dalam telingamu, tetapi
juga harimau, kelabang, dan kalajengking. Kalau perlu akan kupanggil pawang
ular untuk memasukkan ular kobra ke dalam telingamu......
SUAMI :
Sudah, sudah! Tidak usah melawak, aku mau pergi. Bicara saja dengan bayanganmu
sendiri.
ISTRI :hanya
lelakai yang selalu bicara dengan bayangannya sendiri. Hanya lelaki yang bisa
menipu dirinya sendiri. Dan ini yang jelas, hanya lelaki yang bisa dikebiri
menjadi banci.
SUAMI :
Sudah, sudah! Aku mau keluar.
ISTRI :
Mau keluar kemana? Lewat mana? Semua pintu sudah terkunci? Dunia sudah berubah.
Kaum perempuan sudah berbenah. Ini zaman baru, tak ada lagi perempuan yang mau
dijadikan tumbal, dijadikan keset dalam rumah tangga, dalam negara ataupun
istana para raja......
SUAMI :
Ooo.... kuno, ndak pernah baca koran ya...? ndak pernah nonton televisi ya...?
ndak pernah dengar kampanye ya..? he... ndak pernah dengarkan radio ya? Ndak
pernah nonton film ya? Ndak pernah masuk diskotik ya.......
ISTRI :
Ndak pernah, ndak pernah dengkulmu itu.... semua itu ulah lelaki.... karena
kedunguan dan kejahilan lelaki. Lelakilah yang membuat perempuan menjadi tak
berdaya, bukanb kitab suci atau agama, bukajhn bangsa atau negara.
SUAMI : Ya
sudah. Aku mau keluar. Mau jalan....
ISTRI :
Mau jalan kemana? Mau keluar kemana? Lewat mana? Semua pintu telah terkunci.
SUAMI :
Ya..... lewat jendela.
ISTRI :
Jendela hanya pantas dilewati oleh seekor tikus atau pencuri. Lewat saja kalau
berani. Ayo, loncat kalau berani. Lereng bukit dan jurang-jurang telah menunggu
pelarianmu. Ayo kalau berani.
Sang suami bergerak ragu, istri bergerak ke balik
panggung. Dua perempuan dalam kekangan muncul kembali dalam keadaan tergagap.
Dua petugas datang, berbicara keras tetapi tidak jelas. Perempuan tidur kembali
dalam posisinya. Seorang lelaki (bisa juga tentara, coboy, tuan atau penguasa)
muncul dengan gelisah dan emosi. Memukul benda-benda dengan keras, sehingga
kedua perempuan itu terbangun.
LELAKI :
Tidak usah pura-pura! Ini dunia, ini kenyataan, bukan ranjang untuk tidur dan
bermimpi. Ayo bangun, bangun! Aku sudah tahu siapa namamu dan dari mana asal
usulmu, kalau memang kamu memang pemberani dan bersikeras untuk keluar dari
jeruji9 ini, jelaskan sekarang juga apa keinginan dan kehendakmu?
PEREMPUAN 1 : Bukankah
tuan sudah mengetahui semuanya. Untuk
apa aku bicara.
LELAKI :
Untuk mengetahui berapa centi lebar mulutmu jika kau sedang bicara. Untuk
mengetahui berapa kubik lahar panas yang sanggup kau muntahkan lewat bibirmu
yang seperti kawah gunung berapi itu.
PEREMPUAN 1 : Aku bukan
gunung berapi, bukan harimau atau singa, bukan juga ular naga yang sedang
kekenyangan karena makan daging dan minum darah. Aku adalah manusia nyata.
Bukan ratu, bukan materi menteri yang bisa berbohong di atas podium setiap
hari.
LELAKI :
baik! Kalau memang begitu, jawab pertanyaanku secara singkat, jujur, dan
tegas....
PEREMPUAN 1 : Apakah tuan
masih percaya bahwa kami berkata jujur dan tegas?
LELAKI :
Tidak usah bertanya, saya hanya minta jawaban bukan pertanyaan.
PEREMPUAN 1 : Apakah kami
tidak memiliki hak untuk bertanya?
LELAKI : Saya
hanya membutuhkan jawaban, bukan pertanyaan. Kalian berdua ini laki-laki atau
perempuan?
PEREMPUAN 1 : Kami adalah
manusia... bukan hewan atau tumbuh-tumbuhan... bukan pula makanan.....
PEREMPUAN 2 : Ya, kami
adalah manusia yang merdeka untuk mencari kebebasan, kebenaran, dan keadilan
dimana saja, untuk berjalan kemana saja. Bukan keadilan, kebebasan, dan
kemerdekaan, bahkan juga kebangsaan dan negara yang tidak memiliki jenis
kelamin....
LELAKI :
Tidak usah berkhutbah! Aku ulangi lagi... apakah kalian betul-betul seorang
perempuan.
PEREMPUAN 1 : Betul tuan.
Kami seorang perempuan
LELAKI : Baik
aku percaya. Tetapi apakah kalian betul-betul seorang perempuan
PEREMPUAN 2 : Maksud tuan?
LELAKI :
Apakah buktinya jika kalian adalah perempuan?
PEREMPUAN 1 : Semua
kenyataan yang tuan lihat adalah bukti yang tidak terbantahkan
LELAKI :
Baik, tetapi aku selalu menginginkan sebuah bukti yang absah dan nyata, yang
bisa dilihat dengan mata terbuka.
PEREMPUAN 2 : Kami tidak
mengerti, apa maksud tuan?
LELAKI :
Tidak usah bertanya. Aku hanya menginginkan sebuah bukti yang nyata.
PEREMPUAN 1 : Maksud tuan?
LELAKI :
Kenyataan adalah bukti yang terbuka. Karena itu kalian harus membuka pakaian masing-masing....
sehingga apa yang disebut bukti itu dapat terlihat secara jelas di mataku.
PEREMPUAN 1 : Tuan telah
melampaui batas.
PEREMPUAN 2 : Tuan telah
melampaui akal pikiran.
LELAKI :
Seperti juga kekuasaan, dunia tidak memiliki batas. Kehendakku adalah batas
yang harus ditempuh oleh semua orang. Kalian tidak akan mungkin dan tidak akan
pernah memiliki batas sendiri. Batas kalian adalah kematian, tetapi aku,
pemilik dunia ini, selalu berputar di tengah zaman tanpa pembatasan
PEREMPUAN 2 : Tuan sedang
berbusa karena arak, sedang mabuk.
LELAKI :
kemabukan dan kegilaan adalah kereta raksasa, kereta para pembesar yang
berjalan sepoanjang abad. Ketel uap, mesin silinder, seribu kuda jantan, para
filosof setengah gila, undang-undang dan kitab suci yang diperas energinya
untuk menggerakkan roda besi, dari negeri yang satu menuju negeri yang lain.
Jika kalian ingin selamat, masuklah ke dalamnya. Ayo buka pakaian kalian....
gerbong kereta telah membuka pintunya.
PEREMPUAN 1 : Tuan sedang
bicara tanpa pikiran, sedang terbakar oleh minuman.
LELAKI :
Minuman? Terbakar oleh minuman... Tidak! Manusia hanya dapat dibakar oleh tiga
hal, oleh keindahan, oleh tumpukkan harta, dan kursi kekuasaan.... dan tentu
juga karena senapan.... jika kalian menolak kehendakku, senapan ini akan
berbunyi... (menembak ke udara). Ayo, buka pakaianmu dan menarilah!
PEREMPUAN 2 : Jika ilalang
dan rumput menari karena angin, kami menari karena kehendak kami sendiri, bukan
karena kekuasaan tuan. Roda-roda pedati berputar dan menari karena seekor kuda,
tetapi kami menari karena ingin membunuh kuda
LELAKI :
Bedebah! Aku tidak perduli karena apa dan untuk siapa kalian memberontak. Aku
tidak peduli pada gerakkan dan perlawanan kalian. Aku hanya menginginkan bukti
bahwa kalian memang benar-benar perempuan.... (menembakkan senapan ke udara).
Ayo, kerjakan perintahku..!
PEREMPUAN 1&2 : Baik...(dua
perempuan buka pakaian, lalu kaos bergambar lingkaran). Apakah tuan juga
seorang perempuan
LELAKI :
Bedebah! Tidak ada perempuan dalam tubuh dan jiwakju. Perempuan adalah makhluk
diluar keberadaanku. Bahkan tak ada seorang ibu pun yang berkelebat dalam
pikiranku. Akulah dunia, pecinta perdamaian dan peperangan. Aku lahir ke dunia
sebagaimana dunia dilahirkan untukku. Aku berbicara seperti dunia berbicara kepadaku.
PEREMPUAN 1 : Kata-kata
tuan melampaui batas.
LELAKI :
Tidak ada batas dalam kehidupanku.
PEREMPUAN 1 : Tuan adalah
batas, batas kehidupan yang harus dirobohkan. (tuan ingin memperkosa, perempuan
mengambil senapan, dor, dor). Biadab! Patung-patung dari besi berkarat telah
membunuh diriku. Badak tanpa cula! Kekuasaan tanpa kemanusiaan..... Marsinah
terbunuh karena kekuasaan yang serakah, Solihah mati karerna kedunguan lelaki,
Ita terbujur karena hati yang lumpuh....... (memainkan senapan). Ayo kalau berani,
siapapun engkau, buka pakaianku, telanjangi diriku! Angin dan badai telah
bergerak di dadaku.... di dada seorang perempuan.....(senapan dibuang ke arah
penonton) Ayo kalau berani, siapapun engkau, buka pakaianku, telanjangi diriku!
....gunung berapi dari darahku akan meletus dimana-mana....
LELAKI :
(bergerak hendak bangkit) tidak usah berteriak, tidak usah bernafsu... sudah
kuduga. Kalian memang besekongkol dengan para pemberontak itu....
PEREMPUAN 2 : Apa
pedulimu? Patung-patung dan berhala tak bisa bicara pada manusia. Tong besi
berbunyi nyaring karena dipukul orang, tetapi kami bicara dengan mulut dan lidah kami
sendiri......
Jeruji-jeruji dipatahkan, disusun dan ditumpuk di atas
tubuh tuan. Dua perempuan mendaki tangga ke atas panggung. Obor-obor menyala
dalam silbuet. Kembang api berlari-lari di antara penonton
***
s
Bagusss banget
ReplyDelete